Gambar Sampul Agama Islam · e_BAB V Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw
Agama Islam · e_BAB V Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw
Nelty Khairiyah

22/08/2021 07:50:35

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

64

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Meneladani Perjuangan

Rasulullah saw. di Mekah

D

iketahui dan Diperolehnya Nilai dan Perilaku Mulia

Substansi Dakwah

Rasul di Mekah

Strategi Dakwah Rasul

di Mekah

Menunjukkan Sikap Tangguh dan Semangat

Menegakkan Kebenaran

Meneladani Perjuangan

Rasulullah saw di Mekah

BAB

V

Bagan Alir

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

65

Membuka Relung Hati

Cermati gambar dan wacana berikut!

Cahaya Ilahi di Hati Pembunuh Bayaran

Tatkala Rasulullah saw. dalam perjalanan

dari Mekah untuk

hijrah

ke Madinah,

berkumpullah orang-orang kafir Mekah di

Darun Nadwah

(nama tempat pertemuan)

di rumah Abu Jahal. Dalam pertemuan

tersebut, diputuskan untuk mengadakan

sayembara, “Barangsiapa berhasil mem­

bawa Muhammad saw. kepada kami, atau

berhasil membawa kepalanya, maka kami

(tokoh kafir Quraisy) akan memberi hadiah

100 unta merah yang hitam biji matanya.”

Kemudian, berdirilah seorang di antara

mereka, namanya Suraqah bin Malik. Ia

berkata, “Aku yang sanggup membawa

Muhammad saw.” Setelah itu ia langsung

keluar untuk mengejar Rasulullah saw.

Ketika berhasil menemukan Rasulullah saw., tanpa membuang waktu, Suraqah

langsung menghunus pedangnya hendak membunuh Rasulullah saw. Pada saat

itulah, Allah Swt. menunjukkan kekuasaan­Nya. Allah Swt. memerintahkan bumi

untuk patuh kepada perintah Rasulullah saw. Rasulullah saw. memerintahkan

bumi untuk menahan Suraqah, sehingga ia dan kudanya terperosok ke dalam

bumi sampai sebatas lututnya.

Ketika melihat kudanya tidak dapat bangun, Suraqah memohon pertolongan

kepada Rasulullah saw. seraya berkata, “Wahai Muhammad, amankanlah diriku!

Amankanlah diriku!” Maka, Rasulullah saw. berdoa kepada Allah Swt. untuk

menolong Suraqah yang hampir tertelan bumi. Akhirnya, Suraqah pun terbebas

dari bahaya yang hampir merenggut nyawanya.

Setelah menyelamatkan Suraqah, Rasulullah saw. kembali melanjutkan

perjalanannya menuju Madinah. Namun, Suraqah kembali mengejarnya dengan

pedang terhunus di tangannya. Ternyata Suraqah masih tetap ingin membunuh

Rasulullah saw. Seperti sebelumnya, Allah pun kembali memerintahkan bumi

untuk menelan kaki kuda Suraqah. Bahkan, kini amblasnya hingga ke batas

pusarnya. Karena takut ditelan bumi, Suraqah kembali memohon pertolongan

Rasulullah saw. dengan amat memelas. “Wahai Muhammad, selamatkanlah

diriku. Aku tidak akan menyakitimu lagi setelah ini.”

Sumber: www.theluhai.com

Gambar 5.1

Ilustrasi seorang pemburu bayaran.

66

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Karena mendengar permohonan Suraqah yang demikian memilukan,

Rasulullah saw. pun memohon kepada Allah Swt. agar menyelamatkan Suraqah.

Setelah selamat untuk yang kedua kalinya, Suraqah kemudian turun dari kudanya

dan menghadap Rasulullah saw. untuk memohon ampun atas perbuatan jahatnya.

Dengan penuh kelembutan, Rasulullah saw. pun memafkannya. Suraqah akhirnya

menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah saw.

(Dikutip dari berbagai sumber)

Setelah membaca kisah di atas, kemukakan pendapatmu tentang kisah

tersebut. Pelajaran apa saja yang dapat dipetik dari kisah di atas

?

Aktivitas 1

Mengkritisi Sekitar Kita

Cermati wacana berikut.

Banyak orang yang sukses sebagai

pengusaha atau pejabat di negeri ini

yang berasal dari keluarga dengan

ekonomi yang kurang beruntung.

Mereka berjuang menggapai ke­

suksesan

nya dengan “peras keringat

banting tulang”, bekerja dengan

sangat sungguh­sungguh tanpa

mengenal lelah. Sebut saja misalnya

seorang pengusaha sangat sukses

yang bernama Chairul Tanjung. Ia

adalah pengusaha yang berhasil

membangun “kerajaan” bisnisnya

karena kegigihannya dalam berusaha,

bukan karena warisan ataupun

keberuntungan secara tiba-tiba.

Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Awalnya keluarga

Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih, ayahnya seorang wartawan yang

menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan besar. Namun pada saat era

orde baru, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde

lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.

Sumber: www.biografi-orang-sukses-dunia.

blogspot.co.id

Gambar 5.2

Chairul Tanjung, sukses menjadi pengusaha

kelas atas dengan bekerja keras.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

67

Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan

puluh derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus

dijual untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya,

Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar

losmen yang sempit.

Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah

sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah stensilan, kemudian berjualan

kaos. Kemudian bersama temannya membuka usaha foto kopi di kampusnya. Ia

juga membuka kios di daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka

kebutuhan dan peralatan kedokteran dan laboratorium.

Walaupun ia harus membagi waktu antara kuliah dan berbisnis, namun Chairul

dapat menyelesaikan kuliahnya di kedokteran gigi dengan baik. Ia kemudian

menyandang gelar sarjana kedokteran di belakang namanya. Namun, karena

darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan untuk menjemput

rezeki dari bisnis, bukan sebagai dokter gigi.

Kemudian Chairul lebih memantapkan bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti

Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan

hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul dan temannya ini

memproduksi sepatu anak

­anak untuk diekspor. Mereka patut berbangga karena

begitu mendirikan usaha ini, mereka langsung menerima order sebesar 160 ribu

pasang sepatu dari Itali. Namun, Chairul kemudian memutuskan untuk berpisah

dan mendirikan usaha sendiri, karena ternyata ketiga temannya memiliki visi

yang berbeda dengan dirinya.

Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak di

bidang media, yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam

membangun jaringan. Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya berhasil

membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para

Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan,

properti, dan multimedia.

Dikutip dari berbagai sumber

Setelah membaca wacana di atas, carilah melalui beberapa literatur

tentang orang-orang yang sukses dalam hidupnya. Orang-orang tersebut

dapat dari kalangan sahabat Nabi saw. atau generasi berikutnya hingga

orang-orang yang masih hidup saat ini. Usahakan satu dengan yang

lainnya berbeda tokohnya.

Aktivitas 2

68

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A. Memahami

Al-Qur’ān

, Hadis, dan

Ijtihād

sebagai Sumber Hukum Islam

1. Substansi Dakwah Rasulullah saw. di Mekah

a. Kerasulan Nabi Muhammad saw. dan Wahyu Pertama

Menurut beberapa riwayat yang

śaĥ

i

ĥ

, Nabi Muhammad saw.

pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Rama

«

an

saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu

pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., yaitu

Q.S.

al-‘Alāq

. Nabi Muhammad saw. diperintahkan membacanya, namun

Rasulullah saw. berkata bahwa ia tidak dapat membaca. Malaikat Jibril

mengulangi permintaannya, tetapi jawabannya tetap sama. Kemudian,

Jibril menyampaikan firman Allah Swt. yaitu

Q.S. al-‘Alāq/96:1-5

sebagai

berikut.

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama

Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan

perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)

Itulah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.

sebagai awal diangkatnya sebagai rasul. Kemudian, Nabi Muhammad

saw. menerima ayat

­ayat

al-Qur’ān

secara berangsur

­angsur dalam

jangka waktu 23 tahun. Ayat

­ayat tersebut diturunkan berdasarkan

kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat

al-Qur’ān

turun disertai oleh

Asbābun Nuz

ûl

(sebab/kejadian yang

mendasari turunnya ayat). Ayat

­ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan

sebagai kompilasi bernama

al-Mus

af

yang juga dinamakan

al-Qur’ān

.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

69

b. Ajaran-Ajaran Pokok Rasulullah saw. di Mekah

1)

Aqidah

Rasulullah saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran

tau ĥ

id

. Masyarakat Arab yang saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum

ia lahir, hidup dalam praktik kemusyrikan. Ia sampaikan kepada kaum

Quraisy bahwa Allah Swt. Maha Pencipta. Segala sesuatu di alam

ini, langit, bumi, matahari, bintang­bintang, laut, gunung, manusia,

hewan, tumbuhan, batu­batuan, air, api, dan lain sebagainya itu

merupakan ciptaan Allah Swt. Karena itu, Allah Swt. Mahakuasa

atas segala sesuatu, sedangkan manusia lemah tak berdaya. Ia

Mahaagung (Mulia), sedangkan manusia rendah dan hina. Selain

Maha Pencipta dan Mahakuasa, Ia pelihara seluruh makhluk

­Nya dan

Ia sediakan seluruh kebutuhannya, termasuk manusia. Selanjutnya,

Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan bahwa Allah Swt. itu Maha

Mengetahui. Allah Swt. mengajarkan manusia berbagai macam ilmu

pengetahuan yang tidak diketahuinya dan cara memperoleh dan

mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.

Ajaran keimanan merupakan ajaran utama yang diembankan

kepada Rasulullah saw. yang bersumber kepada wahyu­wahyu

Ilahi. Banyak sekali ayat

al-Qur’ān

yang memerintahkan beliau

agar menyampaikan keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang

sempurna. Allah Swt. berfirman yang artinya:

“Katakanlah

(Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat

meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula

diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S.

al-Ikhlaś/112:1-4)

Ajaran

tau ĥ

id

ini berbekas sangat dalam di hati Nabi dan para

pengikutnya, sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat, mapan,

dan tak tergoyahkan. Dengan keyakinan ini, para sahabat sangat

percaya bahwa Allah Swt. tidak akan membiarkan mereka dalam

kesulitan dan penderitaan. Dengan keyakinan ini pula, mereka

percaya bahwa Allah Swt. akan memberikan kebahagiaan hidup

kepada mereka. Dengan keyakinan ini pula, para sahabat terbebas

dari pengaruh kekayaan dan kesenangan duniawi. Dengan keyakinan

ini pula, para sahabat mampu bersabar dan bertahan serta tetap

berpegang teguh pada agama ketika mereka mendapatkan

tantangan dan siksaan yang amat keji dari pemuka-pemuka Quraisy.

Dengan keyakinan seperti ini pulalah, Nabi Muhammad saw. dapat

mengatakan dengan mantap kepada Abu

Ţ

alib,

“Paman, demi Allah,

kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan

rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh

tidak akan aku tinggalkan. Biarlah nanti Allah Swt. yang akan

70

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

membuktikan apakah saya memperoleh kemenangan (berhasil)

atau binasa karenanya”.

Ini pula yang menjadi rahasia mengapa Bilal bin Rabbah dapat

bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap mengucapkan

“Allah Maha Esa” secara berulang­ulang.

2) Akhlak Mulia

Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan

yang baik (ideal). Sejak sebelum menjadi nabi, ia telah tampil

sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh masyarakatnya

sebagai

al-Amin

(yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad

saw. merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan

beban orang lain. Ia juga membangun dan memelihara hubungan

kekeluargaan serta persahabatan. Nabi Muhammad saw. tampil

sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan

memuliakan tamu. Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga tampil

sebagai sosok yang berani dalam membela kebenaran, teguh

pendirian, dan tekun dalam beribadah.

Nabi Muhammad saw. mengajak agar sikap dan perilaku yang

tidak terpuji yang dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi,

meminum minuman keras (

khamr

), berzina, membunuh, dan

kebiasaan buruk lainnya untuk ditinggalkan. Selain karena pribadi

Nabi Muhammad saw. dengan akhlaknya yang luhur, ajaran untuk

memperbaiki akhlak juga bersumber dari Allah Swt. dalam Firman­

Nya, “S

esungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena

itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan

bertakwallah kepada Allah Swt. agar kamu mendapat rahmat.

(Q.S. al-Ḥujurāt/49:10)

Keterangan di atas memberikan penjelasan kepada kita,

bagaimana Rasulullah saw. memadukan teori dengan praktik. Ia

mengajarkan akhlak mulia kepada masyarakatnya, sekaligus juga

membuktikannya dengan perilakunya yang sangat luhur. Akhlak

Rasulullah saw. adalah apa yang dimuat di dalam

al-Qur’ān

itu

sendiri. Ia tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mencontohkan

dengan akhlak terpuji. Hal ini diakui oleh seorang penulis Barat,

Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul “100 Tokoh Paling

Berpengaruh di Dunia” dengan menempatkan Rasulullah saw.

sebagai manusia tersukses mengubah perilaku manusia yang biadab

menjadi manusia yang beradab.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

71

2. Strategi Dakwah Rasululah saw. di Mekah

Dalam mendakwahkan ajaran­ajaran

Islam yang sangat

fundamental

dan

universal

, Rasulullah saw. tidak serta-

merta melakukannya dengan tergesa­

gesa. Ia mengerti benar bagaimana

kondisi masyarakat Arab saat itu yang

bergelimang dengan ke

maksiat

an dan

praktik-praktik ke

munkar

an. Mengubah

pola pikir dan kebiasaan­kebiasaan atau

adat-istiadat bangsa Arab khususnya

kaum Quraisy bukanlah perkara mudah.

Kebiasaan yang telah dilakukan secara

turun­temurun sejak ratusan tahun

silam, ditambah lagi dengan pengaruh

agama

Nasrani

dan

Yahudi

yang sudah

dikenal lama bahkan sudah banyak

penganutnya.

Ada dua tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. dalam menjalankan

misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyi­sembunyi yang hanya

terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terang­

terangan kepada

khalayak

ramai.

a. Dakwah secara Rahasia/Diam-Diam (

al-Da’wah bi al-Sirr

)

Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan

masyarakat Quraisy, Rasulullah saw. memulai dakwahnya secara

sembunyi­sembunyi (

al-Da’wah bi al-Sirr

). Hal tersebut dilakukan

mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka

berpegang pada keyakinan dan penyembahan

berhala

. Pada tahap

ini, Rasulullah saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orang­

orang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah

saw (

Dārul Arqam

) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Di

tempat itulah, ia menyampaikan risalah­risalah

tau ḥ

i

dan ajaran Islam

lainnya yang diwahyukan Allah Swt. kepadanya. Rasulullah saw. secara

langsung menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang ajaran

Islam dan mengajak pengikutnya untuk meninggalkan agama nenek

moyang mereka, yaitu dari menyembah

berhala

menuju penyembahan

kepada Allah Swt. Karena sifat dan pribadinya yang sangat terpercaya

dan terjaga dari hal­hal tercela, tanpa ragu para pengikutnya, baik dari

kalangan keluarga maupun para sahabat menyatakan ke

tau ĥīd

an dan

keislaman mereka di hadapan Rasulullah saw.

Orang­orang pertama (

as-sābiqunal awwalū

n

) yang mengakui

kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya

adalah Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi

Ţ

halib (adik sepupu), Zaid bin

Sumber: Dok. Kemendikbud

Gambar 5.3

Jabal Tsur, salah satu tempat Rasulullah

melakukan strategi dakwah.

72

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Ĥ

ari

ș

ah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik

(sahabat). Selanjutnya secara perlahan tetapi pasti, pengikut Rasulullah

saw. makin bertambah. Di antara mereka adalah U

¡

man bin Affan,

Zubair bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf,

aha

bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan

suaminya Said bin Zaid al­Adawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa

orang lainnya yang berasal dari suku

Quraisy

.

Bagaimana ajaran Islam dapat diterima dan dianut oleh mereka yang

sebelumnya terbiasa dengan adat-istiadat masyarakat Arab yang begitu

mengakar kuat? Bagaimana mereka meyakini agama baru yang dibawa

oleh Rasulullah saw. sebagai agama yang paling benar dan sempurna

kemudian menjadi pemeluknya? Bagaimana pula reaksi orang­orang

yang mengetahui bahwa mereka telah meninggalkan agama nenek

moyang, yaitu menyembah

berhala

?

Jawaban atas pertanyaan­pertanyaan tersebut di antaranya adalah

seperti berikut.

1)

Pribadi Rasulullah saw. yang begitu luhur dan agung. Tidak pernah

ia melakukan hal­hal yang tercela dan hina. Ia adalah pribadi yang

sangat jujur dan amanah (

al-Amin

), sabar, bijaksana, dan lemah­

lembut dalam menyampaikan ajakan serta ajaran Islam.

2)

Ajaran Islam yang rasional, logis, dan

universal

, menghargai hak

­hak

asasi manusia, memberikan hak yang sama, keadilan, dan kepastian

hidup setelah mati.

3)

Menyempurnakan ajaran­ajaran sebelumnya, yaitu ajaran­ajaran

yang dibawa oleh para rasul terdahulu berupa penyembahan

terhadap Allah Swt., berbuat baik terhadap sesama, menjaga

kerukunan, larangan perbuatan tercela seperti membunuh, berzina,

dan lain sebagainya.

4)

Kesadaran akan tradisi dan kebiasaan­kebiasaan lama yang begitu

jauh dari nilai­nilai ketuhanan dan nilai­nilai kemanusiaan.

Berdakwah secara diam­diam atau rahasia (

al-Da’wah bi al-Sirr

) ini

dilaksanakan Rasulullah saw. selama lebih kurang tiga tahun. Setelah

memperoleh pengikut dan dukungan dari keluarga dan para sahabat,

selanjutnya Rasulullah saw. mengatur strategi dan rencana agar ajaran

Islam dapat diajarkan dan disebarluaskan secara terbuka.

b. Dakwah secara Terang-terangan (

al-Da’wah bi al-Jahr

)

Dakwah secara terang­terangan (

al-Da’wah bi al-Jahr

) dimulai

ketika Rasulullah saw. menyeru kepada orang-orang Mekah. Ia berdiri

di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil

mereka. Beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya. Kemudian,

ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil berkata, “Wahai orang­

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

73

orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa musuh

Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit (

Śafa

) ini dan berniat

menyerang nyawa dan harta kalian?” Mereka menjawab, “Kami tak

mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami.” Ia lalu berkata,

“Wahai bangsa Quraisy! Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak

dapat menolong Anda di hadapan Allah Swt. Saya peringatkan Anda

sekalian akan siksaan yang pedih!” Ia menambahkan, “Kedudukan saya

seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera berlari

kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka

tentang bahaya yang akan datang.”

Seriring dengan itu, turun pula wahyu Allah Swt. agar Rasulullah

saw. melakukannya secara terang­terangan dan terbuka. Mengenai

hal tersebut, Allah Swt. berfirman, yang artinya:

“Maka sampaikanlah

(Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan

(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Q.S. al-

Ḥijr/15:94)

. Baca pula firman Allah dalam

Q.S. asy-Syua’ara/26:214-216

.

Berdasarkan ayat

­ayat di atas,

Rasulullah saw. yakin bahwa sudah

saatnya ia dan para pengikutnya

untuk menyebarluaskan ajaran

Islam secara terbuka dan terang­

terangan. Dengan dukungan istri­

nya Siti Khadijah, paman yang

setia membelanya, yaitu Abu

°

alib, serta para sahabat dan

pengikutnya yang setia ditambah

pula dengan keyakinan bahwa

Allah Swt. senantiasa menyertai, dimulailah dakwah suci ini. Pertama-

tama dakwah dilakukan kepada sanak keluarga, kemudian kepada

kaumnya, dan penduduk Kota Mekah yang saat itu penyembahannya

kepada

berhala

begitu kuat.

Dari kalangan keluarga, ia mengajak paman­pamannya termasuk

Abu Lahab dan Abu Jahal yang terkenal sangat menentang dakwah

Rasul. Mereka menolak mentah­mentah ajakan Rasulullah saw. dengan

mengatakan bahwa agama merekalah yang paling benar. Penolakan

yang disertai ejekan, cemoohan, hinaan bahkan ancaman tersebut

tidak lantas membuat Rasulullah saw. berputus asa dan berhenti

melakukan dakwah. Namun, beliau makin tertantang untuk terus

mengajak masyarakat memeluk agama

tau

ĥīd

.

Melihat kenyataan tersebut, Abu Lahab, Abu Sufyan, dan kalangan

bangsawan serta pemuka Quraisy lainnya meminta para penyair-

penyair Quraisy untuk mengolok-olok dan mengejek Nabi Muhammad

saw. Selain itu, mereka juga menuntut Muhammad untuk menampilkan

Sumber: Dok. Kemendikbud

Gambar 5.4

Kini dakwah dan pelajaran

disampaiakan secara terbuka.

74

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

mukjizat

nya seperti apa yang telah ditampilkan oleh Musa as. dan Isa

as. Seperti menjadikan bukit

Śafa

dan

Marwah

berubah menjadi bukit

emas, menghidupkan orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit

yang mengelilingi Mekah, memancarkan mata air yang lebih baik dari

zam­zam. Tidak sampai di situ, bahkan mereka mengolok

­olok Nabi

dengan menyatakan mengapa Allah Swt. tidak menurunkan wahyu

tentang harga barang­barang dagangan agar mereka dapat berspekulasi.

Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang ditujukan kepada

Rasulullah saw. dan para pengikutnya makin melecut semangat

Rasulullah saw. dengan terus bertambahnya jumlah pengikutnya.

Pelan tetapi pasti, pengaruh Rasulullah saw. dan ajaran Islam semakin

diterima oleh masyarakat Mekah yang telah muak dengan praktik-

praktik kotor

jahiliah

.

Kenyataan ini mendorong para pemuka Quraisy datang kembali

kepada Abu

°

alib, paman yang selalu membela Rasul. Mereka membawa

seorang pemuda yang gagah yang bernama Umarah bin al­Walid bin al­

Mugirah untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad saw. yang ditolak

oleh Abu

Ţ

alib. Nabi Muhammad saw. terus saja berdakwah.

Untuk yang ketiga kalinya, para pembesar Quraisy datang kepada

Abu

Ţ

alib. Mereka berkata, “Wahai Abu

Ţ

alib, Anda orang yang

terhormat dan terpandang di kalangan kami. Kami telah meminta Anda

untuk menghentikan kemenakanmu, tetapi Anda tidak juga memenuhi

tuntutan kami! Kami tidak akan tinggal diam menghadapi orang yang

memaki nenek moyang kami, tidak menghormati harapan-harapan

kami, dan mencaci­maki

berhala-berhala

kami. Sebaiknya, Anda

sendirilah yang menghentikan kemenakan Anda, atau jika tidak, kami

akan lawan hingga salah satu pihak binasa”.

Sejak saat itu, orang-orang Quraisy mencaci-maki dan menyiksa

kaum muslimin tidak terkecuali Nabi sendiri. Peristiwa yang paling

terkenal adalah penyiksaan Bilal (seorang budak dari Abisinia). Ia dipaksa

untuk melepaskan agama, dicambuk, dicampakkan di padang pasir, dan

dadanya ditindih dengan batu yang lebih besar dari badannya. Dalam

siksaan semacam itu, Bilal tetap teguh dengan keyakinannya; mulutnya

terus mengucapkan

Ahad, Ahad, ...

(Allah Maha Esa, Allah Maha Esa).

Bilal terus menerus mengalami siksaan hingga ia dibeli oleh Abu Bakar

Siddik. Sebagai orang kaya, Abu Bakar banyak sekali memerdekakan

budak di antaranya adalah budak perempuan Umar bin Kha

̄ ̄

ab.

Meskipun Nabi Muhammad saw. telah mendapat perlindungan dari

Banu Hasyim dan Banu Mu

ţ

alib, ia masih juga mengalami penyiksaan.

Ummu Jamil, istri Abu Lahab, melemparkan najis ke depan rumahnya.

Demikian juga Abu Jahal yang melemparkan isi perut kambing kepada

Nabi Muhammad saw. ketika ia sedang

śalat

. Intimidasi dan penyiksaan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

75

yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya

berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kian hari kian keji

siksaan yang mereka terima. Namun demikian, Nabi Muhammad

saw. dan para sahabatnya tetap tabah dan terus memelihara dan

meningkatkan keyakinan dan keimanan mereka.

Demikianlah, setiap hari jumlah pengikut Nabi Muhammad saw.

terus bertambah. Kenyataan ini menyesakkan dada kaum Quraisy.

Oleh karena itu, mereka mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk bertemu

dengan Nabi Muhammad saw. Dalam pertemuannya dengan Nabi

Muhammad saw. ia mengatakan, “Wahai anakku, dari segi keturunan

engkau mempunyai tempat (bermartabat) di kalangan kami. Kini

engkau membawa perkara besar yang menyebabkan kaum Quraisy

terpecah belah. Kini dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa

hal. Kalau engkau menginginkan harta, kami siap mengumpulkan

harta kami sehingga engkau menjadi yang terkaya di antara kami. Jika

engkau menginginkan pangkat atau jabatan, kami akan angkat engkau

menjadi pemimpin kami; kami tak akan memutus satu perkara tanpa

persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang engkau cari, kami akan

menobatkan engkau menjadi raja. Jika engkau mengidap penyakit

syaraf yang tidak dapat engkau sembuhkan, maka akan kami usahakan

penyembuhannya dengan biaya yang kami tanggung sendiri hingga

engkau sembuh”. Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw.

membacakan surat

al-Sajdah

kepada Utbah. Ia terdiam dan tertegun

serta

insaf

bahwa ia berhadapan dengan seorang yang tidak gila harta,

tidak berambisi pada kekuasaan, dan bukan pula orang yang gila.

Utbah kembali kepada Quraisy dan menceritakan pengalamannya

ketika bertemu dengan Nabi Muhammad saw. serta menyarankan

agar mereka membiarkan Nabi Muhammad saw. berhubungan secara

bebas dengan semua orang Arab. Usul Utbah tentu tidak dapat mereka

terima, sebab mereka belum merasa puas jika belum mengalahkan Nabi

Muhammad saw. Oleh karena itu, mereka meningkatkan penyiksaan

baik kepada Nabi Muhammad saw. maupun kepada para pengikutnya.

Dengan semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran

ajaran Ilahi, gerakan dakwah Rasulullah saw. makin tersebar luas.

Teman, sahabat, bahkan orang yang tidak dikenalnya, baik dari kalangan

bangsawan terhormat maupun dari golongan hamba sahaya banyak

yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk

agama Islam dan beriman kepada Allah Swt. Rasulullah saw. makin

tegas, lantang dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas,

fungsi, dan wewenangnya sebagai rasul utusan Allah Swt.

76

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

B. Reaksi Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah saw.

Sebagaimana yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, kaum

kafir Quraisy terus berupaya menggalang kekuatan agar Rasulullah saw. dan

upayanya dalam penyebaran ajaran Islam dapat dihentikan. Berbagai upaya

mereka lakukan, mulai mengajak berdialog dengan mengiming­imingi berbagai

bantuan hingga kekerasan yang dilakukan terhadap Rasulullah saw. dan para

sahabat serta pengikut ajarannya. Puncak dari kejengkelan mereka dengan

cara memboikot Rasulullah saw. dan para sahabatnya serta pengikutnya dari

boikot ekonomi dan politik.

Apa yang menyebabkan mereka begitu keras menolak dan geram

terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah saw.? Apa yang salah dengan ajaran

tentang kebenaran dan kasih sayang yang merupakan idaman semua manusia

beradab? Sebetulnya mereka mengetahui dan memahami betul bahwa ajaran

Ilahi yang dibawa Rasulullah saw. adalah ajaran yang lurus, benar, dan

haq

.

Ada beberapa alasan kaum kafir menolak dan menentang ajaran yang

dibawa Rasulullah saw, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Kesombongan dan Keangkuhan

Bangsa Arab

jahiliah

dikenal sebagai bangsa yang sangat angkuh dan

sombong. Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka lakukan

adalah sesuatu yang benar. Mereka menganggap bahwa tidak salah

dengan apa yang mereka lakukan. Kesombongan mereka tercermin dari

sya’ir-sya’ir

yang mereka buat, terutama kesombongan kaum Quraisy

yang merasa suku mereka yang paling terhormat dan paling berpengaruh.

Mereka memandang bahwa mereka lebih mulia dan tinggi derajatnya dari

golongan bangsa Arab lainnya. Mereka tidak menerima ajaran persamaan

hak dan derajat yang dibawa Islam. Oleh karenanya, mengakui dan

menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. akan menurunkan

dan menjatuhkan derajat dan martabat serta mengancam kedudukan

mereka.

2. Fanatisme Buta terhadap Leluhur

Kebiasaan yang telah mengakar kuat dan turun­temurun dalam

melaksanakan penyembahan

berhala

dan kemusyrikan lainnya, menyebab­

kan mereka sangat sulit menerima ajaran

tau

ĥ

i

d

dan menyembah Allah

Swt. yang

Ahad

. Kebiasaan tersebut sudah mengkristal dan berakar,

mereka sangat sulit diberikan pemahaman ber

tau

ĥī

d

. Tuhan bagi mereka

diwujudkan dalam bentuk

berhala-berhala

yang mereka buat sendiri sejak

ratusan tahun lalu.

Fanatisme

terhadap ajaran leluhur jelas­jelas telah

menenggelamkan mereka ke dalam kesesatan yang nyata.

Fakta tersebut ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmannya:

“Dan apabila

dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah

Swt. dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

77

apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah

(mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek

moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat

petunjuk?” (Q.S. al-Mā’idah/5:104)

3. Eksistensi dan Persaingan Kekuasaan

Penolakan mereka terhadap ajaran Rasulullah saw. secara politis dapat

melemahkan eksistensi dan pengaruh kekuasaan mereka. Jika mereka

menerima Rasulullah saw. dengan ajaran yang dibawanya, tentu saja akan

berakibat pada lemahnya pengaruh dan kekuasaan mereka. Kekuasaan

dan pengaruh yang selama ini mereka dapatkan dengan menghalalkan

berbagai cara, tentu sangat bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah

saw. Itulah sebabnya, mereka “mati-matian” mempertahankan eksistensi

dan keberadaan mereka untuk menolak Rasulullah saw.

C. Contoh-Contoh Penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah saw. dan Para

Pengikutnya

Berikut adalah contoh-contoh penyiksaan kafir

Quraisy

terhadap Rasulullah

saw. dan para pengikutnya.

1.

Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah saw. di

Śafa

, ia mencerca dan

menghina tetapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah saw. dan ia beranjak

pulang. Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum

Quraisy di samping Ka’bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman

Rasulullah saw., marah seraya bangkit mencari Abu Jahal. Ia kemudian

menemukan Abu Jahal yang sedang duduk di samping Ka’bah dengan

kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengangkat

busur dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal hingga tengkoraknya

terluka. “Engkau mencerca dia (Rasulullah saw.), padahal aku sudah

memeluk agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika mampu,

ayo, lawan aku!” tantang Hamzah.

2. Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu’iţ melihat Rasulullah saw. ber

ţawaf

, lalu

menyiksanya. Ia menjerat leher Rasulullah saw. dengan sorbannya dan

menyeret ke luar masjid. Beberapa orang datang menolong Rasulullah

saw. karena takut kepada Bani Hasyim.

3.

Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab dan

istrinya Ummu Jamil yang tiada tara kejinya. Rasulullah saw. bertetangga

dengan mereka. Mereka tak pernah berhenti melemparkan barang-barang

kotor kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan kotoran domba ke

kepala Nabi. Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan barang

yang sama ke kepala Abu Lahab.

4. Quraisy memboikot kaum muslimin

Kau

m Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan perkawinan dan

perdagangan dengan Bani Hasyim. Persetujuan pemboikotan ini dibuat

dalam bentuk piagam, ditandatangani bersama dan digantungkan di

78

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-7 kenabian dan berlangsung

selama tiga tahun. Pemboikotan ini mengakibatkan kelaparan, kemiskinan,

dan kesengsaraan bagi kaum muslimin. Untuk meringankan penderitaan

kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di luar Kota Mekah.

D. Perjanjian Aqabah

Kerasnya penolakan dan perlawanan Quraisy, mendorong Nabi Muhammad

saw. melancarkan dakwahnya kepada

kabilah-kabilah

Arab di luar suku Quraisy.

Dalam melakukan dakwah ini, Nabi Muhammad saw. tidak saja menemui

mereka di Ka’bah pada saat musim haji, ia juga mendatangi perkampungan

dan tempat tinggal para kepala suku. Tanpa diketahui oleh seorang pun, Nabi

Muhammad saw. pergi ke

Ţ

aif. Di sana ia menemui

Ţ

aqif dengan harapan

agar ia dan masyarakatnya mau menerimanya dan memeluk Islam.

Ţ

aqif dan

masyarakatnya menolak Nabi dengan kejam. Meski demikian, Nabi berlapang

dada dan meminta

Ţ

aqif untuk tidak menceritakan kedatangannya ke

Ţ

aif agar

ia tidak mendapat malu dari orang Quraisy. Permintaan itu tidak dihiraukan

oleh

Ţ

aqif, bahkan ia menghasut masyarakatnya untuk mengejek, menyoraki,

mengusir, dan melempari Nabi. Selain itu, Nabi mendatangi

Bani Kindah, Bani

Kalb, Bani Hanifah,

dan

Bani Amir bin Sa‘sa’ah

ke rumah­rumah mereka. Tak

seorang pun dari mereka yang mau menyambut dan mendengar dakwah

Nabi. Bahkan,

Bani Hanifah

menolak dengan cara yang sangat buruk. Amir

menunjukkan ambisinya, ia mau menerima ajakan Nabi dengan syarat jika

Nabi memperoleh kemenangan, kekuasaan harus berada di tangannya.

Pengalaman tersebut mendorong Nabi Muhammad saw. berkesimpulan

bahwa tidak mungkin lagi mendapat dukungan dari Quraisy dan

kabilah-

kabilah

Arab lainnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. mengalihkan

dakwahnya kepada

kabilah-kabilah

lain yang ada di sekitar Mekah yang datang

ber

ziarah

setiap tahun ke Mekah. Jika musim

ziarah

tiba, Nabi Muhammad

saw. pun mendatangi

kabilah-kabilah

itu dan mengajak mereka untuk

memeluk Islam. Tak berapa lama kemudian, tanda­tanda kemenangan datang

dari Ya

ș

rib (Madinah). Nabi Muhammad saw. sesungguhnya mempunyai

hubungan emosional dengan Ya

¡

rib. Di sanalah ayahnya dimakamkan, di

sana pula terdapat famili­

familinya dari

Bani Najjar

yang merupakan keluarga

kakeknya, Abdul Mu

̄ ̄

alib dari pihak ibu. Oleh karena itu, tidak mengherankan

apabila di tempat ini kelak Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan dan

Islam berkembang dengan amat pesat.

Ya

¡

rib merupakan kota yang dihuni oleh orang

Yahudi

dan Arab dari suku

Aus

dan

Khazraj

. Kedua suku ini selalu berperang merebut kekuasaan. Hubungan

Aus

dan

Khazraj

dengan

Yahudi

membuat mereka memiliki pengetahuan

tentang agama

samawi

. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan kedua

suku Arab tersebut lebih mudah menerima kehadiran Nabi Muhammad saw.

Ketika

Yahudi

mengalami kekalahan, suku

Aus

dan

Khazraj

menjadi penguasa

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

79

di Ya

ș

rib.

Yahudi

tidak tinggal diam, mereka berusaha mengadu domba

Aus

dan

Khazraj

yang akhirnya menimbulkan perang saudara yang dimenangkan

oleh

Aus

. Sejak saat itu, orang­orang

Yahudi

yang sebelumnya terusir dapat

kembali tinggal di Ya

¡

rib.

Aus

dan

Khazraj

menyadari derita dan kerugian yang

mereka alami akibat permusuhan mereka. Oleh karena itu, mereka sepakat

mengangkat Abdullah bin Muhammad dari suku

Khazraj

sebagai pemimpin.

Namun, hal itu tidak terlaksana. Hal ini disebabkan beberapa orang

Khazraj

pergi ke Mekah pada musim

ziarah

(haji).

Kedatangan orang­orang

Khazraj

ke Mekah diketahui oleh Nabi Muhammad

saw., dan ia pun segera menemui mereka. Setelah Nabi berbicara dan mengajak

mereka untuk memeluk agama Islam, mereka pun saling berpandangan dan

salah seorang dari mereka berkata,“Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan

oleh orang­orang

Yahudi

kepada kita, dan jangan sampai mereka (

Yahudi

)

mendahului kita.” Setelah itu, mereka kembali ke Ya

ș

rib dan menyampaikan

berita kenabian Muhammad saw. Mereka menyatakan kepada masyarakatnya

bahwa mereka telah menganut Islam. Berita dan pernyataan yang mereka

sampaikan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Pada musim

ziarah

tahun berikutnya, datanglah 12 orang penduduk Ya

ș

rib menemui Nabi

Muhammad saw. di

Aqabah

. Di tempat ini mereka berikrar kepada Nabi yang

kemudian dikenal dengan Perjanjian

Aqabah

I. Pada Perjanjian

Aqabah

I ini,

orang­orang Ya

șrib berjanji kepada Nabi untuk tidak menyekutukan Tuhan,

tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat

dan memfitnah, baik di depan atau di belakang, jangan menolak berbuat

kebaikan. Siapa mematuhi semua itu akan mendapat pahala surga dan kalau

ada yang melanggar, persoalannya kembali kepada Allah Swt.

Selanjutnya, Nabi menugaskan Mus’ab bin Umair untuk membacakan

al-

Qur’ān

, mengajarkan Islam serta seluk

­beluk agama Islam kepada penduduk

Ya

șrib. Sejak itu, Mus’ab tinggal di Yaș

rib. Jika musim

ziarah

tiba, ia berangkat

ke Mekah dan menemui Nabi Muhammad saw. Dalam pertemuan itu, Mus’ab

menceritakan perkembangan masyarakat muslim Ya

ș

rib yang tangguh dan

kuat. Berita ini sungguh menggembirakan Nabi dan menimbulkan keinginan

dalam hati Nabi untuk

hijrah

ke sana.

Pada tahun 622 M, pe

ziarah

Ya

¡

rib yang datang ke Mekah berjumlah 75

orang, dua orang di antaranya perempuan. Kesempatan ini digunakan Nabi

melakukan pertemuan rahasia dengan para pemimpin mereka. Pertemuan

Nabi dengan para pemimpin Ya

ș

rib yang ber

ziarah

ke Mekah disepakati di

Aqabah

pada tengah malam pada hari­hari

Tasyriq

(tidak sama dengan hari

Tasyriq

yang sekarang). Malam itu, Nabi Muhammad saw. ditemani oleh

pamannya, Abbas bin Abdul Mu

ṭṭ

alib (yang masih memeluk agama nenek

moyangnya) menemui orang­orang Ya

ș

rib. Pertemuan malam itu kemudian

dikenal dalam sejarah sebagai Perjanjian Aqabah II. Pada malam itu, mereka

berikrar kepada Nabi sebagai berikut, “Kami berikrar, bahwa kami sudah

mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu bahagia dan sengsara,

80

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan di jalan

Allah Swt. ini kami tidak gentar terhadap ejekan dan celaan siapapun.”

Setelah masyarakat Ya

ș

rib menyatakan ikrar mereka, Nabi berkata kepada

mereka, “Pilihkan buat saya dua belas orang pemimpin dari kalangan kalian

yang menjadi penanggung jawab masyarakatnya”. Mereka memilih sembilan

orang dari Khazraj dan tiga orang dari Aus. Kepada dua belas orang itu, Nabi

mengatakan, “Kalian adalah penanggung jawab masyarakat kalian seperti

pertangungjawaban pengikut

­pengikut Isa bin Maryam. Terhadap masyarakat

saya, sayalah yang bertanggung jawab. ”Setelah ikrar selesai, tiba-tiba

terdengar teriakan yang ditujukan kepada kaum Quraisy, “Muhammad dan

orang­orang murtad itu sudah berkumpul akan memerangi kamu!”. Semua

kaget dan terdiam. Tiba-tiba Abbas bin Ubadah, salah seorang peserta ikrar,

berkata kepada Nabi, “Demi Allah Swt. yang mengutus Anda berdasarkan

kebenaran, jika Nabi mengizinkan, besok penduduk Mina akan kami ‘habisi’

dengan pedang kami.” Lalu, Nabi Muhammad saw. menjawab, “Kita tidak

diperintahkan untuk itu, kembalilah ke kemah kalian!” Keesokan harinya,

mereka bangun pagi­pagi sekali dan segera bergegas pulang ke Ya

ș

rib.

E. Peristiwa

Hijrah

Kaum Muslimin

1.

Hijrah

ke Abisinia (Habsyi)

Untuk menghindari bahaya penyiksaan, Nabi Muhammad saw.

menyarankan para pengikutnya untuk

hijrah

ke Abisinia (Habsyi). Para

sahabat pergi ke Abisinia dengan dua kali

hijrah

.

Hijrah

pertama sebanyak

15 orang; sebelas orang laki­laki dan empat orang perempuan. Mereka

berangkat secara sembunyi­sembunyi dan sesampainya di sana, mereka

mendapatkan perlindungan yang baik dari Najasyi (sebutan untuk Raja

Abisinia). Ketika mendengar keadaan Mekah telah aman, mereka pun

kembali lagi. Namun, mereka kembali mendapatkan siksaan melebihi dari

sebelumnya. Karena itu, mereka kembali

hijrah

untuk yang kedua kalinya

ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M). Kali ini mereka

berangkat sebanyak 80 orang laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi

Ţ

alib.

Mereka tinggal di sana hingga sesudah Nabi

hijrah

ke Ya

ș

rib (Madinah).

Peristiwa

hijrah

ke Abisinia ini dipandang sebagai

hijrah

pertama dalam

Islam.

Peristiwa

hijrah

ke Abisinia ini sungguh tidak menyenangkan kaum

Quraisy dan menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Ada dua hal

yang dikhawatirkan oleh kaum Quraisy, yaitu pertama, kaum muslimin

akan dapat menjalin hubungan yang luas dengan masyarakat Arab kedua,

kaum muslimin akan menjadi kuat dan kembali ke Mekah untuk menuntut

balas. Oleh karena itu, mereka mengutus Amr bin ‘A

ș

dan Abdullah bin

Rabi’ah kepada Najasyi agar mau menyerahkan kaum muslimin yang

ber

hijrah

ke sana. Dengan mempersembahkan hadiah yang besar kepada

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

81

Najasyi, kedua utusan itu berkata, “Paduka Raja, mereka yang datang

ke negeri tuan ini adalah budak-budak kami yang tidak mempunyai

malu. Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan tidak

pula menganut agama Paduka; mereka membawa agama yang mereka

ciptakan sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga Paduka pahami.

Kami diutus oleh pemimpin­pemimpin mereka, orang­orang tua mereka,

paman­paman mereka, dan keluarga­keluarga mereka supaya Paduka

sudi mengembalikan orang­orang itu kepada pemimpin­pemimpin kami.

Mereka lebih mengetahui betapa orang­orang itu mencemarkan dan

mencerca agama mereka.”

Najasyi kemudian memanggil kaum muslimin dan bertanya kepada

mereka, “Agama apa ini sampai membuat tuan­tuan meninggalkan

masyarakat tuan­tuan sendiri?” Kaum muslimin yang diwakili oleh Ja’far

bin Abi

Ţ

alib menjawab, “Paduka Raja, masyarakat kami masyarakat yang

bodoh, menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan berbagai

macam kejahatan, memutuskan hubungan dengan kerabat, tidak baik

dengan tetangga; yang kuat menindas yang lemah. Demikianlah keadaan

masyarakat kami hingga Allah Swt. mengutus seorang rasul dari kalangan

kami sendiri yang kami kenal asal usulnya, jujur, dapat dipercaya, dan

bersih. Ia mengajak kami hanya menyembah kepada Allah Swt. Yang Maha

Esa, meninggalkan batu­batu dan patung­patung yang selama ini kami dan

nenek moyang kami sembah. Ia melarang kami berdusta, menganjurkan

untuk berlaku jujur, menjalin hubungan kekerabatan, bersikap baik kepada

tetangga, dan menghentikan pertumpahan darah. Ia melarang kami

melakukan segala perbuatan jahat, menggunakan kata­kata dusta dan keji,

memakan harta anak yatim, dan mencemarkan nama baik perempuan

yang tak bersalah. Ia meminta kami menyembah Allah Swt. dan tidak

mempersekutukan­Nya. Jadi, yang kami sembah hanya Allah Swt. Yang

Tunggal, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun. Segala

yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Karena

itulah kami dimusuhi, dipaksa meninggalkan agama kami. Karena mereka

memaksa kami, menganiaya dan menekan kami, kami pun keluar menuju

negeri Paduka ini. Padukalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami

berada di dekat Paduka, dengan harapan di sini tidak ada penganiayaan”.

Mendengar pernyataan yang demikian

fasih

dan santun, akhirnya

Raja Najasyi memberikan perlindungan kepada kaum muslimin hingga

kemudian mereka hidup untuk beberapa lama di negeri yang jauh dari

tanah kelahirannya.

2.

Hijrah

ke Madinah

Peristiwa

Ikrar Aqabah

II ini diketahui oleh orang-orang Quraisy. Sejak

itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslimin makin

meningkat. Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan

sahabat

­sahabatnya untuk

hijrah

ke Ya

ș

rib. Dalam waktu dua bulan saja,

82

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

hampir semua kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke Ya

ș

rib.

Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela Nabi di Mekah.

Akhirnya, Nabi pun

hijrah

setelah mendengar rencana Quraisy yang ingin

membunuhnya.

Nabi Muhammad saw. dengan ditemani oleh Abu Bakar ber

hijrah

ke

Ya

¡

rib. Sesampai di Quba, 5 km dari Yașrib, Nabi beristirahat dan tinggal

di sana selama beberapa hari. Nabi menginap di rumah Umi Kalsum bin

Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah masjid. Inilah

masjid pertama yang dibangun pada masa Islam yang kemudian dikenal

dengan Masjid Quba. Tak lama kemudian, Ali datang menyusul setelah

menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi kepadanya pada saat

berangkat hijrah.

Ketika Nabi memasuki Yaș

rib, ia dielu­elukan oleh penduduk kota

itu dan menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan. Sejak

itu, nama Ya

¡

rib diganti dengan

Madinatun Nabi

(kota Nabi) atau sering

pula disebut dengan

Madinatun Munawwarah

(kota yang bercahaya).

Dikatakan demikian karena memang dari sanalah sinar Islam memancar ke

seluruh penjuru dunia.

Agar ingatanmu tentang sejarah perjuangan dakwah di Mekah makin

melekat, cobalah buat tabel tentang perjuangan dakwah di atas. Mintalah

petunjuk gurumu untuk mengajarinya

.

Aktivitas 3

Menerapkan Perilaku Mulia

Perilaku yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada

periode Mekah di antaranya adalah seperti berikut.

1. Memiliki Sikap Tangguh

Dalam upaya meraih kesuksesan, diperlukan sikap tangguh dan pantang

menyerah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika ia

berjuang memberantas ke

musyrik

an. Lihat pula bagaimana orang­orang yang

sukses meraih cita­citanya, mereka bersusah­payah berusaha terus­menerus

tanpa mengenal lelah, sehingga mereka menjadi orang yang berhasil dalam

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

83

cita-citanya. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan tidak ada pula

kesuksesan tanpa kerja keras dan tangguh pantang menyerah.

Ketangguhan datang dengan sen­

dirinya. Ia memerlukan pembelajaran

dan latihan (

riya

d

ah

) secara terus­

menerus. Ketangguhan juga harus

didukung oleh kesehatan fisik dan

pemahaman yang benar. Kedua­duanya

harus berjalan beriringan dan saling

mendukung. Kekuatan fisik dibarengi

dengan pemahaman yang benar akan

melahirkan manfaat yang besar, demikian

pula sebaliknya.

Sikap tangguh dalam kehidupan

sehari­hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat di

antaranya. seperti berikut.

a.

Menggunakan waktu untuk belajar dengan sungguh­sungguh agar men­

dapat kan prestasi yang tinggi.

b.

Secara terus­menerus mencoba sesuatu yang belum dapat dikerjakan

sampai ditemukan solusi untuk mengatasinya.

c.

Melaksanakan segala peraturan di sekolah sebagai bentuk pengamalan

sikap disiplin dan tanggung jawab.

d.

Menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larangannya dengan

penuh keikhlasan.

e. Tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dalam meraih suatu keinginan.

Jadikanlah kegagalan sebagai cambuk agar tidak mengalaminya lagi di

kemudian hari.

2. Memiliki Jiwa Berkorban

Perhatikan bagaimana para pahlawan

yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa

ini. Selain mereka berjuang dengan

tangguh dan pantang menyerah, mereka

rela mengorbankan apa saja untuk ke­

merdekaan bangsa ini. Perngorbanan

mereka tidak hanya berupa harta, keluarga

yang ditinggalkan, bahkan mereka rela

meregang nyawa untuk memperjuangkan

kemerdekaan beragama dan berbangsa.

Oleh karena itu, janganlah merasa

berjuang tanpa memberikan pengorbanan

yang berarti. Perilaku yang mencerminkan

jiwa berkorban dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seperti berikut.

Sumber: Dok. Kemendikbud

Gambar 5.5

Sikap tangguh yang ditunjukkan para

pasukan pengibar bendera.

Sumber: Dok. Kemendikbud

Gambar 5.6

Pembagian daging kurban sebagai

bentuk rela berkorban kepada

masyarakat miskin.

84

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

a.

Menyisihkan waktu sebaik mungkin untuk kegiatan yang bermanfaat.

Hal ini penting mengingat waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Jika

waktu yang kita gunakan lebih banyak untuk kegiatan yang percuma, siap­

siaplah untuk menyesal karena waktu yang telah lewat tidak akan kembali

lagi.

Misalkan karena kamu tidak belajar dengan sungguh-sungguh

sementara kamu ingin lulus dengan nilai yang tinggi, kamu akan menyesal

karena mendapatkan nilai yang rendah dan harus mengulang lagi.

b. Mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Kepentingan bersama di atas segala-galanya. Itulah kalimat yang

sering diungkapkan oleh kebanyakan manusia. Akan tetapi, kenyataannya

belum tentu demikian. Kebanyakan manusia lebih mengutamakan

kepentingan pribadinya daripada kepentingan orang banyak. Sebagai

orang yang beriman, tentu kita tidak boleh termasuk ke dalam golongan

orang yang demikian. Rasulullah saw. mencontohkan, bagaimana ketika ia

hendak berbuka puasa dengan sepotong roti, sementara ada orang yang

datang untuk meminta roti tersebut karena sangat kelaparan, dan Rasul

memberikan roti tersebut kepada orang itu.

Dalam kehidupan sehari­hari, perilaku yang dapat kita lakukan dalam

hal ini misalnya saat antre di tempat umum, di bank, loket pembayaran,

berkendara di mana lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah

menyala, dan lain sebagainya.

c.

Menyisihkan sebagian harta untuk membantu orang lain yang

membutuhkan.

Dalam harta kita terdapat sebagian hak orang lain yang

membutuhkannya. Islam mengajarkan bahwa bersedekah itu tidak akan

mengurangi harta sedikit pun, bahkan ia akan mendatangkan harta yang

lebih banyak lagi.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

85

Rangkuman

1.

Ketika Nabi Muhammad saw. menerima wahyu pertama, yaitu ayat 1-5 surah

al-‘Alaq

pada tanggal 17 Rama

«

an, sejak itu ia diangkat menjadi nabi. Ketika

ia menerima ayat 1-7 surah

al-Mudda

șș

ir

, ia pun diangkat menjadi rasul.

Setelah itu, wahyu terputus. Nabi Muhammad saw. merasa gelisah dan

bertanya­tanya, apa yang harus disampaikan, bagaimana menyampaikannya,

dan kepada siapa disampaikan? Dalam kegelisahannya, turunlah surah

a

d

-

Duĥā.

2.

Pada awalnya Nabi saw. berdakwah secara rahasia dan hanya mengajak

orang­orang terdekat saja. Orang pertama yang menerima dakwah Nabi

adalah Khadijah, istrinya, kemudian Ali bin Abi

Ţ

alib, sepupunya, dan Zaid

bin Hari

¡

ah, bekas budaknya. Sementara itu, laki­laki dewasa yang pertama

memeluk Islam adalah Abu Bakar bin Quhafah. Melalui ajakan Abu Bakar,

beberapa orang menerima ajakannya, yaitu Usman bin ‘Affan, Abdur Rahman

bin ‘Auf,

Ţ

alhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin ‘Awwam.

Setelah itu, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan beberapa penduduk Mekah turut

pula menyatakan keislamannya dan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi

Muhammad saw. Kegiatan dakwah secara rahasia ini berlangsung selama

tiga tahun.

3.

Setelah perintah Allah Swt. turun melalui Surah

asy-Syu’arā/26:214-216

dan Surah

al-

Ĥijr/15:94,

Nabi Muhammad saw. pun melakukan dakwah

secara terang­terangan (terbuka). Nabi Muhammad saw. mengumpulkan

keluarganya di rumahnya. Setelah selesai makan, ia pun menyampaikan

maksudnya. Tiba-tiba Abu Jahal menghentikan pembicaraan Nabi dan

mengajak orang­orang untuk meninggalkan tempat. Keesokan harinya, Nabi

kembali megundang keluarganya. Setelah makan, Nabi pun menyampaikan

maksudnya dan kembali Abu Jahal mengacaukan suasana dan mereka yang

hadir pun tertawa. Dalam keadaan riuh itu, Ali bin Abi

Ţ

alib bangkit dan

berkata, “Wahai Rasulullah! Saya akan membantu Anda, saya adalah lawan

bagi siapa saja yang menentangmu.”

4.

Gagal mengajak kerabatnya, Nabi pun mengalihkan dakwahnya kepada

masyarakat Quraisy. Ia naik ke bukit

Śafa

dan menyeru manusia. Orang­orang

pun berkumpul dan Nabi Muhammad saw. pun menyampaikan dakwahnya.

Tiba-tiba Abu Jahal berteriak, “Celakalah engkau, hai Muhammad! Apakah

karena ini engkau mengumpulkan kami?” Nabi Muhammad saw. hanya

terdiam sambil memandangi pamannya. Sesaat kemudian turunlah surah

al-Lahab

.

5. Dakwah Nabi mendapatkan tantangan dan perlawanan dari Quraisy. Nabi

dan sahabat

­sahabatnya diejek, dicaci, dan disiksa. Tidak cukup sampai di

situ, mereka juga membujuk Nabi dan menawarkan kekayaan, kehormatan,

dan jabatan. Setelah ejekan, siksaan, dan ancaman tidak dapat mencegah

dakwah Nabi, orang-orang Quraisy memboikot Nabi dan sahabat-

sahabatnya. Untuk menghindari siksaan, Nabi memerintahkan sahabatnya

hijrah

ke Abisinia.

86

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

6. Setelah orang-orang Quraisy tidak mau menerima dakwah Nabi, ia

pun

mengalihkan dakwahnya kepada

kabilah-kabilah

Arab di luar Quraisy. Nabi

mencoba mengajak orang­orang

Ț

aif, namun ia ditolak, bahkan diejek, diusir,

dan dilempari. Nabi tidak berputus asa. Ia terus menyampaikan dakwahnya

kepada

kabilah-kabilah

Arab yang datang ber

ziarah

ke Mekah setiap

tahunnya. Dakwah Nabi mendapat sambutan dari orang­orang Madinah

dan Nabi pun mengadakan Perjanjian

Aqabah

(pertama dan kedua). Setelah

Perjanjian

Aqabah

kedua, Nabi pun ber

hijrah

ke Madinah.

7. Dakwah Nabi di Mekah berlangsung selama 13 tahun. Selama itu Nabi

menanamkan nilai­nilai

tauhid

dan mengajarkan akhlak mulia. Nilai­nilai

ketauhidan ini membuat Nabi dan sahabat

­sahabatnya tangguh menghadapi

berbagai kesulitan dan rintangan serta tetap bersemangat menyampaikan

kebenaran.

Evaluasi

A. Uji Pemahaman

Jawablah pertanyaan­pertanyaan berikut dan jelaskan.

1.

Apakah yang dimaksud dengan sikap tangguh?

2.

Jelaskan manfaat ber

tawakkal

.

3.

Apakah kebenaran itu dan mengapa harus ditegakkan?

4.

Tuliskan ayat 1 – 5 Surah

al-‘Alaq

.

5. Terjemahkan ayat 1 – 7 Surah

al-Mudda

șș

ir

.

B. Refleksi

Berilah tanda

checklist

(

) yang sesuai dengan dorongan hatimu untuk

menanggapi pernyataan­pernyataan berikut ini.

No.

Pernyataan

Kebiasaan

Selalu Sering Jarang

Tidak

Pernah

Skor 4 Skor 3 Skor 2

Skor 1

1.

Saat kegiatan ekstrakurikuler

saya melaksanakan

śalat

.

2.

Saya berusaha mematuhi

peraturan sekolah meskipun

tidak ada guru yang mengawasi.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

87

No.

Pernyataan

Kebiasaan

Selalu Sering Jarang

Tidak

Pernah

Skor 4 Skor 3 Skor 2

Skor 1

3.

Saya berusaha mengingatkan

dan menegur teman yang

melakukan pelanggaran

terhadap peraturan dan tata

tertib sekolah.

4.

Saya merasa tenang dan

tenteram jika mematuhi

peraturan dan tata tertib

sekolah.

5.

Saya merasa senang dan

gembira apabila mengingatkan

dan menegur teman yang

melanggar peraturan dan tata

tertib sekolah.

6.

Saya berusaha mengajak teman­

teman untuk melaksanakan

śalat

.

7.

Saya merasa menyesal apabila

meninggalkan

śalat

.

8.

Saya merasa menyesal apabila

membiarkan atau tidak

mengingatkan teman yang

melanggar peraturan dan tata

tertib sekolah.

9.

Saya menghormati perbedaan

pendapat.

10.

Saya menjaga persaudaraan

dengan sesama mukmin.